Bab 2 Landasan Teori Di dalam bab 2 ini penulis akan membagi menjadi beberapa sub bab sesuai dengan teori yang akan penulis gunakan untuk menganalisis data pada bab selanjutnya. 2.1 Teori Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya dan bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 2002, hal 2). Parera juga menyatakan bahwa, Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la sematique” adalah satu studi dan analisis tentang makna-makna linguistik (2004, hal 42). Dengan kata lain, Semantik adalah sebuah studi tentang makna, memiliki peranan penting dalam memahami sifatsifat bahasa dan kemampuan manusia dalam berbahasa (Goddard, 1998, hal 1). 2.1.1 Teori Kotoba no Imi Salah satu objek kajian semantik adalah Kotoba no imi. Menurut Ikegami (1992, hal 26), Kotoba no imi adalah: 語はその意味に従って用いられるのが原則であること、そしてまた他方 では、われわれ言葉の話し手は言葉によって指されているものが眼の前 になくとも、言葉を操ることによって十分意図する伝達を果たしうると いうことがあるがために、われわれには言葉によって意味されている通 りものが存在しているかどうか、いちいち必ずしも確めてみないという 習慣が身についてしまっている。 8 Terjemahan: Bahasa merupakan peraturan yang digunakan berdasarkan artinya, dipihak lain, jika kata-kata yang dituju oleh penutur merupakan benda yang tidak ada di depan mata sudah dapat menyampaikan pemikiran penutur secara utuh, baik kata-kata tersebut memiliki arti maupun tidak, kita sudah memiliki kebiasaan yang tertanam dalam tubuh kita untuk tidak memastikannya kembali. Kemudian menurut Tajika (2006, hal 304), di dalam Kotoba no imi terdapat banyak aspek, tetapi aspek yang paling utama dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Makna Informatif atau Jouhouteki Imi 「情報的意味」 情報的意味(外延的意味、概念的意味ともいう)は、言語の持つ「記 号」としての側面を示すもので、その極は数学・論理学・科学で使われ る言語である。 Terjemahan: Makna informatif (makna denotatif, makna konsep) adalah, makna yang menunjukkan bahasa sebagai "tanda", pondasi tersebut adalah bahasa yang digunakan dalam matematika, logika dan ilmu pengetahuan. 2. Makna Afektif atau Kankateki 「感化的」 感化的意味(内包的意味、喚情的意味ともいう)は、言語の持つ「象 徴」としての側面を表すもので、その極は時・文学の言葉である Terjemahan: Makna afektif (makna konotatif, makna panggilan) adalah, makna yang menunjukan bahasa sebagai “lambang”, pondasi tersebut adalah bahasa sastra. 2.1.2 Teori Makna Denotatif Makna menurut Yusuf dalam Pelawi (2009, hal 148) biasanya dibedakan antara makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna kamus, makna yang bersifat umum, objektif dan belum ditumpangi isi, nilai, atau rasa tertentu. 9 Kemudian ditambahkan oleh Chaer (2007, hal 292), Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Dengan kata lain, makna denotatif mengacu pada makna asli atau makna sebenarnya dari sebuah kata atau leksem. 2.1.3 Teori Makna Konotatif Makna konotatif menurut Yusuf dalam Pelawi (2009, hal 148) bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada makna lain dibalik makna umum atau makna kamus tersebut. Dan makna konotatif dalam bahasa Jepang disebut 「暗示的意味」anjitekiimi atau 「内包」naihou yaitu makna yang timbul karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya. Makna konotatif adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Konotasi sebuah kata bisa berbeda antara seseorang dengan orang lain, antara satu daerah dengan daerah lain, atau satu masa dengan masa lainnya (Chaer, 2007, hal 292-293). 2.2 Teori Afektif Menurut Gonzalez , Barull, dkk (1998, hal 1), Afeksi biasanya disamakan dengan emosi, namun sebenarnya kedua hal ini merupakan fenomena yang berbeda walaupun relasinya saling berdekatan. Emosi adalah respon internal individu yang menunjukkan kemungkinan pertahanan yang ada pada situasi konkrit. Sedangkan afeksi adalah proses interaksi sosial antara dua organisme atau lebih. 10 Mengingat penggunaan yang dibuat dari kata "kasih sayang" di kehidupan sehari hari, dapat disimpulkan bahwa afeksi adalah sesuatu yang dapat diberikan kepada orang lain. Kita mengatakan bahwa kita "memberi kasih sayang" atau "menerima kasih sayang". Dengan ini afeksi dianggap sebagai sesuatu yang dapat "diberikan" dan "diterima" (Gonzalez dkk, 1998, hal 1). Pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa afeksi adalah sesuatu yang esensial bagi manusia. Tidak terdengar adanya opini yang tidak menyetujui kebutuhan akan kasih sayang yang dimiliki manusia. Dalam hal ini, kita sama-sama memahami bahwa manusia membutuhkan kadar kasih sayang yang lebih besar dibandingkan spesies lain seperti kucing atau ular. Kebutuhan ini dapat mencapai tingkat maksimum di saat saat tertentu seperti pada saat sakit, atau pada masa kanak kanak (Gonzalez dkk, 1998, hal 1). Menurut Maslow dalam Globe (2010, hal 74), jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Selanjutnya orang akan mendambakan hubungan penuh kasih sayang dengan orang lain pada umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa memiliki tempat di tengah kelompoknya, dan ia akan berusaha keras mencapai tujuan yang satu ini. Kata cinta adalah kata yang sudah lazim didengarkan semua orang; mulai usia kanak-kanak hingga tua renta. Cinta memang ditujukan seseorang untuk dirasakan betapa nikmatnya suatu hubungan (Widianti, 2006, hal 13). Dan menurut La Rochefoucauld dalam Simone (2005, hal 1), "Ada orang yang belum bisa mencintai jika mereka belum mendengar kata cinta tersebut diungkapkan”. 11 Menurut Nishihara dalam Kitahara (2008, hal 92), percintaan atau ren’ai 「恋 愛」adalah: 恋愛は「異性間における美的根本特色を持つ、全人的結合の欲求に根ざ す全ての感情と行動をさす。そしてそれをとおして、自己のアイデンテ ィティ(自分の存在証明)を確立しようとする心の営みだ。」としてい る。 Terjemahan: Percintaan merupakan pengacuan kepada seluruh perasaan dan kegiatan yang menginginkan semuan manusia untuk bersatu berdasarkan berbagai macam perasaan yang indah antara dua gender. Dan melalui itu, kita dapat membangun hati yang dapat meyakinkan identitas diri (bukti keberadaan). 2.2.1 Teori Elemen Cinta Menurut Sternberg dalam Shimizu (2005, hal 1), terdapat tiga elemen dalam perasaan cinta yaitu, keakraban atau shinmitsusei「親密性」, gairah atau jounetsu「情 熱」dan komitmen atau commitment「コミットメント」. 1. Keakraban atau Shinmitsusei 「親密性」 Keakraban mengacu pada perasaan kedekatan, keterhubungan, dan keterikatan dalam hubungan cinta kasih. Dalam keakraban juga terdapat perasaan yang secara murni meningkatkan keinginan untuk berhubungan lebih dekat (Sternberg, 1997, hal 315). Menurut Sternberg dalam Shimizu (2005, hal 1), definsi Shinmitsusei 「親密 性」adalah: 親密性は愛情の感情的側面で、パートナーへの信頼や心理的距離の近さ といった愛情の穏やかな性質を持っている。 12 Terjemahan: Kekakraban adalah aspek emosional dari perasaan cinta dan kepemilikan perasaan cinta yang lembut atas kedekatan jarak psikologis dan rasa percayaan kepada pasangan. Kemudian Erikson juga menjelaskan tentang konsep shinmitsusei dalam Horikoshi (2006, hal 167), yaitu: 「親密性」とは自分を失うことなく、他人と親密な関係を確立ことを意 味する。一方、自分を喪失するのではないかという不安にかられ、親密 な経験を回避すると、周囲から孤立し深刻な孤独感に陥るという危機に 直面してしまう。 Terjemahan: Kekakraban berarti tidak menghilangkan diri sendiri dalam membangun hubungan yang sifatnya intim dengan orang lain. Di sisi lain, saat kecemasaan akan kehilangan jati dirinya sendiri muncul, kemudian menghindari pengalaman yang intim, maka seseorang akan mengisolasi diri sehingga ia akan jatuh ke dalam kesepian yang krisis. 2. Gairah/nafsu atau Jounetsu 「情熱」 Gairah/nafsu mengacu kepada keinginan yang mendorong ke arah percintaan, daya tarik fisik, pelaksanaan seksual, dan fenomena yang terkait dalam hubungan cinta kasih. Komponen yang terdapat dalam gairah/nafsu merupakan sumber motivasi dan bentuk lain dari keinginan yang mengarah pada pengalaman yang bergairah dalam hubungan cinta (Sternberg, 1997, hal 315). Menurut Sternberg dalam Shimizu (2005, hal 1), definisi jounetsu 「情熱」 adalah: 13 情熱は愛情の動機的側面で、パートナーへの性的な魅力といった愛情の 激しい性質を表している。 Terjemahan: Gairah/nafsu adalah aspek motivasi perasaan cinta dan pengungkapan sebuah perasaan cinta yang mengebu-gebu yang disebabkan oleh ketertarikan seksual kepada pasangan. Kemudian Hayashi juga menjelaskan tentang konsep jounetsu dalam (2005, hal 103), yaitu: 情熱はそれ自体が抑えがたいものであることを知るべきである。丁重さ、 思いやり、その他の洗練された性質は情熱とは無緑のものと知るべきだ。 とりわけ、当然行動すべき時に、許可を得るような患行を犯すべきでは ない。 Terjemahan: Harus diketahui bahwa gairah/nafsu adalah hal yang tidak dapat ditahan oleh tubuh kita. Harus diketahui juga bahwa hal-hal yang sifatnya suci seperti sopansantun, simpati dan lainnya, adalah sifat yang tidak berhubungan dengan gairah/nafsu. Jadi, pada saat muncul dengan sendirinya, supaya tidak berbuat sesuatu yang bersifat kriminalitas, kita harus mendapatkan izin. 3. Komitmen atau Commitment 「コミットメント」 Komitmen, dalam jangka pendek, mengacu kepada keputusan seseorang untuk mencintai seseorang, dan dalam jangka panjang, komitmen mengacu kepada usaha untuk mempertahankan cinta tersebut. Kedua aspek komponen keputusan / komitmen tidak selalu berjalan bersamaan, seseorang dapat memutuskan untuk mencintai seseorang tanpa berkomitmen untuk cinta dalam jangka panjang, atau seseorang dapat berkomitmen untuk berhubungan tanpa mengakui bahwa salah satu mencintai orang lain di dalam sebuah hubungan cinta (Stenberg, 1997, hal 315). 14 Menurut Sternberg dalam Shimizu (2005, hal 1), definisi commitment「コミッ トメント」adalah: コミットメントは愛情の認知的側面で、関係を続けていこうとする決意、 相手への知識など含む。 Terjemahan: Komitment adalah aspek pengakuan perasaan cinta, sebagai penentuan untuk melanjutkan hubungan, dan mengandung pengetahuan terhadap pasangan. Kemudian Nishiwaki juga menjelaskan tentang konsep commitment (2007, hal 39), yaitu: コミットメントとは、人がある対象(組織、集団、個人、行為、目標な ど)に関わることやそれを行うこと、そうすることを約束すること、約 束したり実際に関わったり実行したりしたことでそれに縛られることや 縛られていると感じることをさす。 Terjemahan: Komitmen adalah melaksanakan sesuatu atau terlibat terhadap objek yang berhubungan dengan manusia (organisasi, kelompok, individu, tindakan, target dan lain-lain), karena berjanji untuk melakukan hal tersebut secara nyata maka merasa terikat dan diikat oleh janji tersebut. 2.3 Pengertian Ai, Koi dan Suki Pada sub bab ini penulis membagi kata Ai,「愛」 Koi 「恋」dan Suki 「好き」 menjadi makna denotatif dan konotatif, yaitu: 15 2.3.1 Makna Denotatif Ai, Koi dan Suki Sumber Kenbou Hidetoshi 愛 (1992:1) Makna Denotatif ものごとを・大切に(好きだと)思う 気持ち。 Perasaan yang menganggap penting atau menghargai (suka) terhadap sesuatu. Kenbou Hidetoshi (1992:356) (男女の間で)好きで、あいたい、い っしょになりたい、いつまでもそばに いたいと思う強い気持ち。 恋 (hubungan antara laki-laki dan perempuan) Perasaan suka, rindu, ingin bersama, ingin selalu berada disisinya. Kenbou Hidetoshi (1992: 590) 心が引きつけられ、そうしたい、ま た、それと一つになりたいと思うこ と。 好き Perasaan yang menarik hati, dan ingin melakukannya, kemudian ingin menjadi satu. 16 2.3.2 Makna Konotatif Ai, Koi dan Suki Sumber Kindaichi (1994: 1) Makna Konotatif 人やものに対して、報いられなくても 尽くしたいと思ったり、自分の手もと におきたいと思ったりする、暖かい感 情。慈しむ心。 愛 Perasaan yang hangat terhadap orang atau benda tanpa membutuhkan timbal balik dan menginginkan untuk memilikinya. Perasaan mengasihi. Kindaichi (1994: 443) 「男女間で」相手を自分のものにしたい と思う愛情をいだくこと。また、その 状態。 恋 Perasaan cinta (antara pria dan wanita), yang ingin menjadikan pasangan sebagai milik sendiri. Kenbou Hidetoshi (1992: 590) 好き 好きの程度のはなはだしいようす。 気まま。勝手。 Penampilan dari tingkat kesukaan. Keegoisan. Kehendak sendiri. 17 2.3.3 Konsep Ai, Koi dan Suki Nishihara dalam Kitahara (2008, hal 92-93) menjelaskan tentang konsep Ai 「愛」dan Koi「恋」, yaitu: 恋は『どうしてあの人を好きなのか』という問いに対して、『頭もいい しかっこいいから』といった美的条件を答えられるのが特徴であるが、 愛は、そういった美的条件についての答えはない。『その人だから』と いった、他の人との比較を超えたものである。したがって、愛の本質は、 『無条件の上に立つ相手への配慮』である。 Terjemahan: Kata Koi (cinta) adalah kata khusus yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan kondisi yang indah atau baik, sehingga jika diberi pertanyaan “mengapa anda menyukai orang tersebut?” maka jawabanya akan berupa “karena dia pintar dan keren”. Tetapi kata Ai (cinta) tidak bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan berdasarkan kondisi yang indah tersebut. Jawaban Ai berupa “karena orang tersebut”, dan tidak bisa dibandingkan dengan orang lain. Oleh karena itu, faktor terpenting Ai adalah “pertimbangan kepada pasangan tanpa syarat”. Kemudian Yasaka (2007, hal 1) menjelaskan tentang konsep Suki 「好き」, yaitu: 誰かを「好き」と感じるのはめったにないことで、特製の幸せ気分を味 わえる。でも、「好き」だけでは虚しい。さびしい。つまらない。また、 「好き」以上の気持ちを伝え合い、恋がゆっくりと歩き出したものの、 次なるシーンではなかなか展望が見えず、不安な気持ちを味わっている 人も少なくない。 Terjemahan: Merasakan ‘suka’ terhadap seseorang bukan hal yang asing, Kita dapat merasakan suasana hati yang bahagia. Tetapi, jika hanya ‘suka’ saja maka sia-sia, hampa, dan membosankan. Kemudian, jika saling mengungkapkan perasaan lebih dari suka, perasaan cinta akan mulai berjalan, tetapi pandangan untuk tahap selanjutnya jarang terlihat, sehingga tidak sedikit orang yang merasakan perasaan cemas. 18 2.4 Teori Gender Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan (Sudarta, 2003, hal 5). Ditambahkan juga oleh Mulia (2004, hal 4), bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang dipakai untuk membedakan peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Matsui dalam Hida (1991, hal 43), perbedaan gender laki-laki dan perempuan dalam hubungan percintaan adalah: 恋愛の相手に対する熱愛の程度は、恋愛が進行していくにつれて男女と もに上層していくが、男性が恋愛の初期に急激に熱愛得点がするのに対 し、女性は徐々に上層していき、恋愛の完成期に最も急激に上層するこ と、すなわち、性による違いがみられることを報告している。 Terjemahan: Dalam hubungan percintaan, tingkat perasaan cinta terhadap pasangan dapat meningkat seiring dengan hubungan percintaan. Baik tingkat perasaan cinta laki laki maupun wanita dapat meningkat, namun bagi laki laki tingkat perasaan cinta cenderung meningkat dengan drastis pada awal hubungan percintaan, sedangkan bagi perempuam, peningkatan perasaan cinta terhadap pasangan dalam suatu hubungan terjadi secara bertahap, setiap hubungan mencapai pada tingkat yang lebih serius, tingkat perasaan cinta meningkat dengan drastis. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa tampak perbedaan berdasarkan gender. 19
© Copyright 2024 ExpyDoc