BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI KELAS KATA BAHASA JEPANG, MEISHI, KATA TAME DAN ILMU SEMANTIK 2.1 Kelas Kata Bahasa Jepang Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang mempunyai keunikan tersendiri. Salah satunya adalah bentuk gramatikalnya. Bahasa Jepang memiliki bentuk gramatikal yang berbeda dengan bahasa Indonesia dimana salah satu perbedaan pola kalimat Bahasa Jepang yaitu S-K-O-P sedangkan pada bahasa Indonesia adalah S-P-O-K. Gramatika Bahasa Jepang dapat dibagi menjadi beberapa macam tergantung pada sudut pandang apa kita melihatnya ( Sudjianto, 2004:134). Menurut Motojiro dalam Sudjianto ( 1996:27) mengklasifikasikan kelas kata bahasa Jepang menjadi 10 jenis yaitu : 1. Doushi 動詞( Kata Kerja ) 2. Keiyoushi 3. Keiyoudoshi 4. Meishi 形容詞( Kata sifat yang berakhiran –i) 形容動詞( Kata sifat yang berakhiran –na) 名詞 ( Kata Benda ) 5. Fukushi 副詞 ( Kata Keterangan ) 6. Rentaishi 連体詞 ( Pra kata benda ) 7. Setsuzokushi 接続詞 ( Kata sambung ) Universitas Sumatera Utara 8. Kandoushi 感動詞 ( Kata seru / kata panggilan ) 9. Jodoushi 助動詞 ( kata kerja kopula ) 10. Joushi 助詞 ( kata Bantu ) 2.2 Meishi 2.2.1 Pengertian Meishi Satu diantara 10 jenis kelas kata Bahasa Jepang tersebut ada yang disebut dengan kelas kata Meishi ( 名 詞 ). Meishi ( 名 詞 ) merupakan kata-kata yang menyatakan nama, suatu perkara, benda, kejadian, atau peristiwa keadaan dan sebagainya dan tidak mengalami konjugasi ( Sudjianto,2004:156). Sedangkan dalam Situmorang (2007:34) menjelaskan bahwa meishi ( 名詞) dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi dan dapat menjadi subjek atau objek dalam sebuah kalimat. Selain itu, Hirai dalam Sudjianto (2004:156 ) menyebutkan bahwa meishi (名詞) disebut juga dengan taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi sebuah subjek, predikat, keterangan, dan sebagainya. Dalam bahasa Jepang juga dijelaskan bahwa,: 日本語の名詞は、『人名詞』、『物名詞』、『事態名詞』、『場所名詞』、 『方向名詞』『時間名詞』、という基本的な意味範疇に分けて考えることが できる。これらの意味範疇は『人』、『物』、『こと』、「ところ」、「ほ う」、『とき』、という名詞によって代表され、疑問語、指示語の形式と深 い関連を有する. ( Takashi, 1992:33). Nihongo no meishi wa, ( hitomeishi ) , ( monomeishi ), ( jitaimeishi ), ( bashomeishi ), ( houkoumeishi ), ( jikanmeishi ), to iu kihontekina hanchuu ni wakete Universitas Sumatera Utara kangaeru koto ga dekiru. Korera no imihanchuu wa ( hito ), ( mono ), ( koto ), ( tokoro ), ( hou ), ( toki ), to iu imi ni yotte daihyousare, gimongo, shijigo no keishiki to iu fukai kanren wo yuusuru. “ Meishi dalam bahasa Jepang dapat dikategorikan berdasarkan waktu, cara, tempat, keadaan, benda, dan orang. Secara makna mereka itu semua adalah orang, benda, hal, tempat, cara dan waktu dimana kesemuanya itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan sebuah kata kata dan kata tunjuk”. Selain itu, Takashi ( 1992:33) juga menjelaskan bahwa, 疑問を表す名詞は、それが指す対象の意味範疇によって、異なった形式が用 いれる。すなわち、『人名詞』、には『誰』が、『物名詞』と『事態名詞』 には『どれ』・『何』が、『場所名詞』には『どこ』が、『方向名詞』には 『どちら』が、『時間名詞』には『いつ』が用いれる。 Gimon o arawasu meishi wa, sore ga sasutaishou no imihanchuu ni yotte, kotonatta keishiki ga mochiireru. Sunawachi , ( hitomeishi ), ni wa ( dare ) ga, [ monomeishi ] to [ jitaimeishi] ni wa ( dore) .( nan) ga , [ bashomeishi] ni wa ( doko ) ga, [ houkoumeishi] ni wa ( dochira) ga, [ jikanmeishi] ni wa ( itsu ) ga mochiireru. “ Kata Benda yang menerangkan bentuk pertanyaan adalah, berdasarkan kategori makna yang menunjukkannya akan menimbulkan bentuk yang berbeda. Yaitu pada [ meishi orang ] akan menjadi ( siapa ), pada [ benda ] dan [ yang menerangkan hal ] akan menjadi ( mana ) dan ( apa ), sedangkan pada [ kata tempat ] akan menjadi (dimana ) dan [ kata hadapan / arah ] akan menjadi ( yang mana ) dan [ kata waktu ] akan menjadi ( kapan ) Universitas Sumatera Utara Sementara itu, Motojiro dalam Sudjianto ( 2004:156) menyimpulkan bahwa meishi ( 名詞): a. Merupakan Jiritsugo ( dapat berdiri sendiri ) b. Tidak mengalami perubahan bentuk ( konjugasi ) c. Dapat membentuk bunbetsu ( satuan / unit terkesil untuk menentukan dan menguraikan kalimat dan membentuk kalimat secara langsung ) dengan ditambah partikel ga, wa, o, no, ni, dan sebagainya. d. Dapat menjadi sebuah objek e. Disebut juga dengan Taigen ( kata yang dapat berdiri sendiri dan tidak mengalami konjugasi ) sebagai lawan yoogen ( kata yang dapat berdiri sendiri, berkonjugasi dan membentuk suatu predikat ) f. Dilihat dari sudut pandang artinya, dapat menjadi empat macam yaitu Futsuu Meishi, Koyuu Meishi, Dai Meishi, dan Suushi. Di dalam pengertian di atas dikatakan bahwa di dalam suatu kalimat nomina dapat menjadi subjek, predikat dan kata keterangan. Biasanya nomina dapat menjadi subjek manakala pada bagian berikutnya diikuti partikel- partikel wa, mo, sae, dake, koso dan sebagainya ( Sudjianto, 2004:156). Contoh : 1. 富士山はとてもきれいな山です。 Fujisan wa totemo kireina Yama desu. “ Gunung Fuji adalah gunung yang sangat indah”. ( Sudjianto : 157 ) 2. あの人こそ立派な人です。 Universitas Sumatera Utara Ano hito koso rippana hito desu. “ Orang itu lah orang yang hebat “ ( Sudjianto : 157 ). Sudjianto ( 2004 : 161) menjelaskan bahwa, dalam kelas kata nomina ada juga nomina – nomina yang telah mengalami afiksasi yaitu nomina-nomina yang telah dibubuhi prefiks atau suffiks tertentu, misalnya : 1. 学生達 “ Para siswa” 2. 速さ “ Kecepatan “ 3. お金 “ Uang “ 4. ご連絡 “ Hubungan “ 5. お月さま “ Bulan “ Selain itu, Iwabuchi Tadasu dalam Sudjianto ( 2004: 162 ) menyebutkan meishi ( 名詞) yang terbentuk sebagai hasil gabungan beberapa kata seperti kata-kata aozora “ langit biru “ , akimatsuri “ Festival musim gugur “, dan kokugo jiten “ kamus bahasa Jepang “ disebut dengan Fukugou meishi ( 複合名詞). Sudjianto ( 2004 : 91) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Fukugou Meishi ( 名詞 ) adalah kata benda yang mengandung bagian kata yang dapat berubah , pada masing-masing bagian kata yang dapat berubah tersebut memakai okurigana. 2.2.2 Jenis-jenis Meishi ( 名詞) Ada beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai jenis-jenis dari Meishi. Situmorang ( 2007: 34) menjelaskan bahwa jenis Meishi ( 名詞) dibagi Universitas Sumatera Utara dalam 4 kategori yaitu : Futsuu meishi ( 普通名詞), Koyuu meishi ( 固有名詞), suushi ( 数 詞 ), dan daimeishi ( 代 名 詞 ). Sedangkan Terada Nakanao dalam Sudjianto ( 2004 : 158 ) membagi kelas kata meishi ( 名詞 ) ke dalam 5 kelompok yaitu : a. Futsuu Meishi Futsuu meishi ( 普通名詞 ) merupakan nomina yang menyatakan nama-nama benda, barang, peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum, misalnya : 山 ( Yama, Gunung ) 、本 ( Hon, Buku ) 、学校 ( Gakkou, Sekolah ) 、世界 ( Sekai, Dunia ) 、 星 ( Hoshi, Bintang ). b. Koyuu Meishi Koyuu Meishi (固有名詞)merupakan nomina yang menyatakan nama-nama yang menunjukkan benda secara khusus seperti nama-nama daerah, nama-nama negara, nama orang, nama buku, dan sebagainya, misalnya : 太平洋 ( Taiheiyou, Samudera Pasifik ) 、インドネシア ( Indonesia ) 、日本( Nihon, Jepang ) 、富士 山 ( Fuji san, Gunung Fuji ) 、韓国 ( Kankoku , Korea ) dan sebagainya. c. Suushi Suushi ( 数 詞 ) merupakan nomina yang menyatakan bilangan, jumlah, kuantitas, urutan dan sebagainya, misalnya : 三つ ( Mitsu, Tiga ) 、七人 ( shichi nin, Tujuh orang ) 、第一 ( Daiichi, pertama ) 、五本 ( Gohon, lima batang ) dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara d. Daimeishi Daimeishi ( 代名詞 ) merupakan kata-kata yang menunjukkan sesuatu secara langsung tanpa menyebutkan nama orang, benda, barang, perkara, arah, tempat, dan sebagainya. Kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan orang disebut dengan ninshoo daimeishi ( pronomina persona ), sedangkan kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan benda, barang, perkara, arah, dan tempat disebut dengan shiji daimeishi ( pronomina penunjuk ) , Misalnya : その、あの、これ、dan sebagainya . e. Keishiki Meishi Keishiki Meishi ( 形式名詞 ) merupakan nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai sebuah nomina, misalnya : こと、ため、わけ、はず、まま、とおり、 dan sebagainya . Dari beberapa jenis meishi ( 名詞 ) yang telah dijelaskan sebelumnya, satu diantaranya ada yang disebut dengan Keishiki meishi ( 形式名詞 ). Sudjianto ( 2004 : 160 ) menjelaskan bahwa, “ Keishiki Meishi ( 形式名詞 ) yaitu nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya di dalam sebuah kalimat”. Dan menurut Takashi ( 1992 : 36 ) menjelaskan bahwa, 形式名詞は、概念や事物を指し示す働きよりも、文の組み立てにおける働き の方が重要であり、補足節、副詞相当句、副詞節を作ったり、判定詞と結合 して助動詞を作ったりする. Universitas Sumatera Utara “ Keishiki Meishi wa, gainen ya jibutsu wo sashishimesu hataraki yori mo, bun no kumitate ni okeru hataraki no hou ga juuyou de ari, hosokubushi, fukushisoutooku, fukushisetsu wo tsukuttari, hanteishi to ketsugoushite jodoushi o tsukuttari suru”. “ Keishiki Meishi bila dibandingkan dengan penggunaannya yang menunjukkan sesuatu dan sebuah ide, maka ia lebih berguna atau lebih memiliki arti pada tatanan sebuah kalimat, dan membuat bagian yang menerangkan kata keterangan, ungkapan yang tepat pada sebuah kata keterangan, dan bagian pelengkap dari sebuah kalimat serta membuat kata kerja bantu yang telah digabungkan dan sebuah kata kaputusan “. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam jenis Keishiki Meishi ( 形式名詞) yaitu : Koto, Tame, Wake, Hazu, Mama, Toori dan sebagainya. Beberapa contoh penggunaan Keishiki Meishi di dalam kalimat Bahasa Jepang : 1. 私の趣味は映画を見ることです Watashi no Shuumi wa eiga o miru koto desu. Hobby saya adalah menonton film. (Tanaka:198) 2. 私は日本語を勉強するために、日本に来ました。 Watashi wa Nihongo o benkyousuru tameni, Nihon ni kimashita. Saya datang ke Jepang untuk belajar Bahasa Jepang. ( Susumu:53) 3. 最近円高が進んで、日本製の値段もずっと上がっているわけだ。 Universitas Sumatera Utara Saikin endaka ga susunde, Nihonsei no nedan mo zutto agatteiru wake da. Akhir-akhir ini, nilai Yen meningkat dan wajar / pasti produk Jepang juga meningkat. (Shiang:95) 4. あの子、十年前に七歳だったのだから、今は高校生のはずだ。 Ano ko, Juunen mae ni nanasai datta nodakara, ima wa koukousei no hazu da. Anak itu, 10 tahun lalu berusia 7 tahun dan sekarang mestinya / seharusnya sudah SMA. ( Darjat:72) 5. テレビをつけたまま眠っています。 Terebi o tsuketamama nemutteimasu. Tidur dengan keadaan televisi menyala begitu saja. ( Susumu:104) 2.3 Fungsi dan Makna Kata Tame ( ため ) Secara Umum. Kata tame ( た め ) termasuk ke dalam kategori Keishiki Meishi ( 形 式 名 詞 ) .Tomomatsu ( 2007 : 135 ) menyebutkan bahwa kata Tame ( ため ) mempunyai tiga makna dalam kalimat bahasa Jepang yaitu : 1. 行為の目的を言う言い方。『ために』のまえで、目的を言い、『ため に』の後で、何をするかを言う。『ために』は意見を含む動詞につく。 ( もくてき ,目的) 『 in order to ... 』 Universitas Sumatera Utara Koui no mokuteki o iuiikata. [ Tameni ] no mae de, mokiteki o ii, [ Tameni ] no ato de, nani o suru ka iu. [ Tameni ] wa iken o fukumu doushi ni tsuku. ( Mokuteki ) [ in order to...] “ Cara mengatakan tujuan dari suatu perbuatan. Sebelum kata [ Tame ] membicarakan suatu tujuan dan setelah kata [ Tameni ] mengatakan apa yang akan dilakukan. [ Tameni ] termasuk juga sebagai kata kerja yang mengandung unsur sebuah pikiran / pendapat “. ( Tujuan ) [ Agar..... ]. Contoh : 田中さんはサッカーの試合に勝つために、毎日10キロ走っています。 Tanaka san wa sakka no shiai ni katsu tameni, mainichi 10 kiro hashitteimasu. “ Agar memenangkan pertandingan bola, Tuan Tanaka berlari sepanjang 10 Km setiap hari “. 2. 人や団体などの『利益になるように』という意味を表す。(恩恵) 『For… 』 Hito ya dantai nado no [ rieki ni naru yoni ] to iu imi o arawasu. ( Onkei ) [ For....] “ Menerangkan makna yang menjadi suatu keuntungan / manfaat dari kumpulan – kumpulan organisasi, orang-orang dan lain-lain “. ( Kebaikan ) [ Untuk....... ]. Contoh : これは日本語を勉強する人のための本です。 Universitas Sumatera Utara Kore wa nihongo o benkyousuru hito no tame no hon desu. “ Ini adalah buku untuk orang yang belajar bahasa Jepang “. 3. 『ため(に)。。。』の形で普通ではない結果となった原因について 言う。書き言葉でよく使う。普通のことに使うと不自然な文になる。 『ため(に)』は話す人の意思を表す文や依頼などの表現は来ない。 (原因)『Because of..... 』 [ Tame ( ni )...] no katachi de futsuu dewanai kekka to natta genin ni tsuite iu. Kakikotoba de yoku tsukau. Futsuu no koto ni tsukau to fushizen na bun ni naru. [ Tame ( ni ) ] wa hanasu hito no ishi o arawasu bun ya irai nado no hyougen wa konai.( Genin ) [ Because of.... ] . “ Bentuk [ Tameni ] membicarakan mengenai suatu penyebab dari hasil yang tidak biasa. Sering digunakan dalam bahasa tulisan. Jika digunakan untuk halhal yang biasa, maka akan menimbulkan kalimat yang tidak alami. Dalam kata [ Tameni ] merupakan kalimat yang menerangkan pikiran dan permintaan dari orang yang berbicara dan juga tidak mendatangkan suatu ekspresi “. ( Penyebab ) [ Karena....... ] . Contoh : 田中さんは出席日数が足りなかったために、卒業できませんでした。 Tanaka san wa shusseki nisssu ga tarinakatta tameni, sotsugyou dekimasen deshita. “ Karena jumlah absensi tidak mencukupi, Tuan Tanaka tidak bisa tamat “ Universitas Sumatera Utara Sedangkan menurut Susumu ( 1987 : 53 ) mendefenisikan kata Tame ( ため ) adalah sebagai berikut : 1. 利益を受ける対象を表す。利益の享受者。 Rieki o ukeru taishou o arawasu. Rieki no kyoujusha. “ Menerangkan objek / sasaran yang mendapatkan keuntungan . Objek yang beruntung “. Contoh : 息子のために働く Musuko no tame ni hataraku “ Bekerja untuk anak “ 2. 目的を表す。 Mokuteki o arawasu “ Menerangkan tujuan “. Contoh : 電車に乗り遅くれないためには、早めに家を出た方がいいですよ。 Densha ni noriosokurenai tameni wa, hayameni ie o deta houga ii desuyou. “ Agar tidak telat naik kereta api, baiknya keluar rumah dengan secepat mungkin “. Universitas Sumatera Utara 3. よい結果、悪い結果の原因・理由を表す。『ため』の場合、その責 任を他人・他事に転嫁する気持ちは前出の『せい』のようには強く ない。 Yoi kekka, warui kekka no genin, riyuu o arawasu. [ Tame ] no baai, sono sekinin o tanin,taji ni tenkasuru kimochi wa zenshutsu no [ sei ] no youni tsuyokunai. “ Menerangkan alasan dari penyebab baik hasilnya buruk ataupun baik . pada kata [ Tame ] , perasaan yang memandang tanggung jawab pada hal lain atau orang lain merupakan sama hal nya dengan kata [ sei ], tetapi tidak sekuat bentuk [ Sei ] “. Contoh : 大学の前には桜並木がたくさんあり、そのためかなり人に知られて いる。 Daigaku no mae ni wa sakura nami ki ga takusan ari, sono tame kanari hito ni shirareteiru. “ Di depan kampus ada banyak jajaran pohon sakura, dan oleh karenanya sangat diketahui oleh orang “ . 2.4 Semantik 2.4.1 Defenisi Semantik Dalam linguistik, salah satu ilmu yang dikenal adalah ilmu semantik. Verhaar dalam Pateda ( 2007 : 17 ) menyebutkan bahwa, Semantik berarti teori makna atau Universitas Sumatera Utara studi ilmiah yang mengkaji tentang makna. Makna merupakan pertautan yang ada dalam unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama dalam kata-kata ( Djajasudarma, 1993 : 5 ) . Palmer dalam Djajasudarma ( 1993 : 5 ) menyebutkan bahwa, makna hanya menyangkut intra bahasa dimana untuk mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah dengan memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubunganhubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Dalam bahasa Jepang Semantik disebut dengan 意味論 ( imiron ) . Sutedi ( 2003 : 111 ) menyebutkan bahwa semantik ( 意味論 ) merupakan salah satu cabang linguistik ( 言 語学 ) yang mengkaji tentang makna. Meskipun agak terlambat dibandingkan dengan cabang linguistik lainnya, semantik memegang peranan penting karena bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna ( Sutedi, 2003 : 111 ). 2.4.2 Jenis makna Dalam perannya untuk membahas tentang makna, beberapa pakar linguistik telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya masing-masing. Chaer ( 2007 : 289 ) membagi jenis-jenis makna ke dalam 9 jenis yaitu : 1. Makna Kontekstual Makna Kontekstual merupakan makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam suatu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, lingkungan penggunaan bahasa itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 2. Makna Gramatikal Makna Gramatikal merupakan makna yang baru ada juka terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi atau kalimatisasi. 3. Makna Leksikal Makna Leksikal merupakan makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Atau dengan kata lain makna leksikal adalah makna yang ada di dalam kamus. 4. Makna Referensial Makna Referensial merupakan sebuah makna yang timbul jika ada referens atau acuannya. Contoh : Kuda, merah dan gambar. 5. Makna Non- Referensial Makna Non-referensial merupakan sebuah makna dimana sebuah kata tidak memiliki referens. Contoh : Dan, Karena, Atau…. 6. Makna Denotatif Makna Denotatif merupakan makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Sehingga bisa dikatakan bahwa makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal. 7. Makna Konotatif Makna Konotatif merupakan makna lain yang “ ditambahkan” pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Universitas Sumatera Utara 8. Makna Konseptual Makna Konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. 9. Makna Asosiatif Makna Asosiatif merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan lambang atau perlambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut. Sedangkan menurut Sutedi ( 2003 : 114 ) menjelaskan beberapa jenis-jenis makna dalam Bahasa Jepang diantaranya ialah : 1. Makna Leksikal Makna Leksikal dalam bahasa Jepang disebut dengan jishouteki-imi ( 辞書的 意味) atau goiteki-imi ( 語彙的意味). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya, kata neko ( 猫 ) dan kata gakkou ( 学校) memiliki makna leksikal : ( kucing ) dan ( sekolah ). 2. Makna Gramatikal Makna Gramatikal dalam bahasa Jepang disebut dengan bunpouteki-imi ( 文法 的意味) yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam bahasa Universitas Sumatera Utara Jepang, joshi ( 助詞 ) { partikel } dan jodoushi ( 助動詞 ) { kopula } tidak memilik makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal sebab baru jelas makna-maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat. 3. Makna Denotatif Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan meijiteki-imi ( 明示的意 味) atau gaien ( 外延 ) yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. 4. Makna Konotatif Makna konotatif dalam bahasa Jepang disebut dengan anjiteki-imi ( 暗示的意 味) atau naihou ( 内包 ) yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya. 5. Makna Dasar Makna Dasar disebut dengan kihon-gi ( 基本義) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini. Hal ini perlu ditegaskan karena berbeda dengan gen-gi ( 原義) { makna asal } , dalam bahasa Jepang modern banyak sekali makna asal suatu kata yang sudah berubah dan tidak digunakan lagi. Makna dasar terkadang disebut juga sebagai makna pusat ( core ) atau makna protipe, meskipun tidak sama percis. Universitas Sumatera Utara 6. Makna Perluasan Makna Perluasan ten-gi ( 転義) merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, di antaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majas ( hiyu ). Hal ini dikemukakan oleh para penganut aliran linguistik kognitif . Aliran linguistik kognitif dalam mendeskripsikan hubungan antarmakna dalam polisemi banyak menggunakan gaya bahasa. 2.4.3 Fungsi 2.4.3.1 Pengertian Fungsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ) salah satu pengertian dari fungsi dalam linguistik berarti berperan sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas ( seperti nomina berfungsi sebagai subjek ). Sedangkan Kridalaksana ( 2008 : 67 ) menyebutkan beberapa defenisi dari fungsi, diantaranya adalah : a. Beban makna suatu satuan bahasa b. Hubungan antara satuan dengan unsur –unsur gramatikal, leksikal, atau fonologis dalam suatu deret satuan-satuan c. Penggunaan bahasa untuk tujuan tertentu d. Peran unsur dalam suatu ujaran dan hubungannya secara struktural dengan unsur-unsur lain e. Peran sebuah unsur dalam satuan sintaksis yang lebih luas, misalnya : nomina yang berfungsi sebagai subjek atau objek f. Universitas Sumatera Utara 2.4.3.2 Jenis-Jenis Fungsi Kridalaksana ( 2008 : 67 ) menyebutkan beberapa jenis-jenis dari fungsi, diantaranya adalah a. Fungsi Apelatif Fungsi apelatif merupakan salah satu fungsi dari tiga fungsi dasar bahasa, korelasi antara lambang bahasa dan pendengar. Penggunaan bahasa dengan tujuan untuk menimbulkan reaksi pada pendengar atau pembaca. b. Fungsi Ekspresif Fungsi ekspresif merupakan penggunaan bahasa untuk menampakkan hal ihwal yang bersangkutan dengan pribadi pembicara. c. Fungsi Fatis Fungsi Fatis merupakan penggunaan bahasa untuk mengadakan atau memelihara kontak antara pembicara dan pendengar. d. Fungsi Kognitif Fungsi Kognitif merupakan penggunaan bahasa untuk penalaran akal e. Fungsi Komunikatif Fungsi Komunikatif merupakan penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara/ penulis dan pendengar / pembaca. f. Fungsi Konatif Fungsi Konatif merupakan penggunaan bahasa untuk mempengaruhi, mengajak, menyuruh, atau memerintah Universitas Sumatera Utara g. Fungsi Pragmatis Fungsi Pragmatis merupakan hubungan antara suatu unsur bahasa dengan unsur-unsur lain dalam konteks komunikasi yang luas. Masalah pokok dan latar bersangkutan dengan fungsi pragmatis. h. Fungsi Proposisional Fungsi Proposisional merupakan fungsi yang dinyatakan oleh sebuah nomina, sebuah verba, atau adjectiva yang mempredikatkan perbuatan, proses, atau keadaan yang melibatkan satu pastisipan atau lebih yang dinyatakan oleh argumennya. i. Fungsi Puitis Fungsi Puitus merupakan penggunaan bahasa demi keindahan bahasa itu sendiri. j. Fungsi referensial Fungsi Referensial merupakan penggunaan bahasa untuk menunjuk hal, benda, orang, peristiwa dan sebagainya yang ada di luar pembicara dan pendengar. k. Fungsi Representatif Fungsi Representatif merupakan penggunaan bahasa untuk mengambarkan situasi tertentu. l. Fungsi Tekstual Fungsi Tekstual merupakan penggunaan bahasa untuk menandai wacana. Universitas Sumatera Utara
© Copyright 2024 ExpyDoc