BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1
Kajian Pustaka
Adapun kajian pustaka dari penelitian sebelumnya yang relevan digunakan
sebagai acuan untuk penelitian ini, sebagai berikut:
Rusprianti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Bentuk, Fungsi dan
Makna Jodoushi ~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai dalam novel Tobu
ga Gotoku Volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba”, dalam tahap pengumpulan data
menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Selanjutnya, pada
tahap analisis data menggunakan metode deskriptif dan teknik ganti yang dilanjutkan
pada tahap terakhir yaitu tahap penyajian hasil analisis data yang menggunakan metode
dan teknik informal. Teori yang digunakan pada penelitian Rusprianti yaitu teori
makna Pateda (2001) dan Chaer (2007) dengan mengacu pada konsep yang
dikemukakan oleh Sakata dan Kuromaci (1993), Makino dan Tsutsui (1989&1995).
Hasil
penelitian
dari
Rusprianti
menunjukkan
bahwa
jodoushi
~nakerebanaranai mengandung makna keharusan yang didasari oleh kewajiban untuk
melakukan suatu hal, kewajiban yang menyatakan suatu pandangan umum dalam
masyarakat maupun kewajiban diri sendiri. Jodoushi ~beki da mengandung makna
keharusan bagi lawan bicara mengenai harapan terjadinya sesuatu. Dalam hal ini,
9
10
makna yang timbul bukan hanya makna mengenai pengharapan saja, namun dapat
memiliki makna nasehat atau perintah. Jodoushi ~zaru wo enai mengandung makna
keharusan yang wajib dilakukan ketika tidak ada pilihan lainnya sehingga terkesan
adanya suatu keterpaksaan. Penelitian ini dengan penelitian Rusprianti memiliki
kesamaan sumber data, teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi
(1993) dan meneliti tentang penggunaan jodoushi. Namun, penelitian ini difokuskan
pada jodoushi dantei, sedangkan penelitian Rusprianti difokuskan kepada jodoushi
~nakerebanaranai, ~beki da, dan ~zaru wo enai yang termasuk ke dalam jodoushi
handan no hitsuzen teki na kiketsu. Adapun kelebihan dari penelitian ini yaitu
memaparkan mengenai penggunaan seperti subtitusi dari jodoushi dantei. Manfaat
penelitian Rusprianti bagi penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dalam
menerapkan teori yang berlandaskan pada konsep Sakata dan Kuromachi (1993).
Sulatri (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penggunaan
~darou dan ~kamoshirenai dalam novel Noruwei no Mori karya Haruki Murakami”,
dalam tahap pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu
teknik sadap dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan
metode agih (metode distribusional), teknik ganti sebagai teknik dasar dan teknik
lanjutan yang bersifat deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis data menggunakan
metode formal dan informal. Teori yang digunakan pada penelitian Sulatri mengacu
pada pendapat yang dikemukakan oleh Yuuko, dkk (1998), Tanaka (2007), Tomomatsu
(2010), Yasuo (1993), Yasuko (2005), dan Chaer (2007).
11
Hasil penelitian dari penelitian Sulatri yaitu, jodoushi ~darou dapat digunakan
untuk menyatakan dugaan (suiryou), konfirmasi (kakunin) dan untuk menguatkan
perasaan, sedangkan jodoushi ~kamoshirenai digunakan untuk menyatakan dugaan,
kemungkinan yang rendah dan ketika pembicara tidak yakin atas apa yang dikatakan.
Penelitian ini dengan penelitian Sulatri memiliki kesamaan pada metode analisis data
yaitu menggunakan metode agih dan kesamaan dalam meneliti tentang penggunaan
jodoushi, sedangkan pada objek penelitian dan teori yang digunakan berbeda.
Kelebihan penelitian ini yaitu jodoushi dantei yang digunakan lebih bervariasi
sehingga pemaparan mengenai penggunaan seperti subtitusi antar-jodoushi dantei
lebih beragam. Manfaat penelitian Sulatri bagi penelitian ini yaitu memberikan
pemahaman dalam menerapkan metode analisis data yang menggunakan metode agih.
Diahantari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Verba
Bantu ~te shimau pada Novel Kokoro Karya Natsume Souseki”, pada tahap
pengumpulan data menggunakan metode simak dan teknik lanjutan yaitu teknik sadap
dan teknik catat. Selanjutnya pada tahap analisis data menggunakan metode agih
dengan teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan yaitu teknik
sisip kemudian menggunakan metode deskriptif. Pada tahap penyajian hasil analisis
data menggunakan metode formal dan informal. Teori yang digunakan adalah
Takayuki (1998), Iori Isao dkk (2000), Ichikawa (2005), Tanaka (2007) dan
Tomomatsu (2010) dan teori yang mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh
Makino dan Tsutsui (1989).
12
Hasil penelitian yang dilakukan Diahantari adalah verba bantu ~te shimau dapat
digunakan untuk menekankan penyelesaian suatu tindakan, penyesalan seseorang
tentang apa yang dilakukan atau penyesalan tentang tindakan seseorang atau sesuatu
yang telah terjadi, menyampaikan kejadian diluar dugaan atau yang tidak diduga oleh
pembicara, menjelaskan atau memberi alasan, menyatakan peristiwa atau hal di masa
depan, menyatakan kesulitan atau kesusahan pembicara dan menyatakan kegagalan
pembicara. ~Te shimau juga memiliki makna penyelesaian dan penyesalan sesuai
konteks kalimatnya. Penelitian Diahantari dengan penelitian ini sama-sama
menggunakan teori yang mengacu pada pendapat Makino dan Tsutsui, sedangkan
objek penelitian dan teori yang digunakan dalam menganalisis fungsi berbeda.
Kelebihan dari penelitian ini yaitu memaparkan subtitusi atau saling menggantikan
antar-jodoushi dantei. Manfaat penelitian Diahantari bagi penelitian ini yaitu
memberikan pemahaman dalam menerapkan teori yang mengacu pada pendapat
Makino dan Tsutsui.
2.2
Konsep
Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang nantinya memudahkan
dalam penyampaian hasil penelitian. Konsep-konsep tersebut meliputi hinshi bunrui
‘kelas kata’, jodoushi, jenis jodoushi, jodoushi dantei, dan konstruksi jodoushi dantei.
2.2.1
Hinshi bunrui
Hinshi bunrui ‘kelas kata’ dalam bahasa Jepang di antaranya termasuk jiritsugo
‘kata yang berdiri sendiri’ sedangkan sisanya yakni fuzokugo ‘kata bantu’. Kelas kata
13
yang termasuk jiritsugo yaitu meishi ‘nomina’, doushi ‘verba’, keiyoushi/i-keiyoushi
‘adjektiva-i’, keiyoudoushi/na keiyoushi ‘adjektiva-na’, fukushi ‘adverbia’, rentaishi
‘prenomina’, setsuzokushi ‘konjungsi’, dan kandoushi ‘interjeksi’, sedangkan yang
termasuk ke dalam fuzokugo yaitu joshi ‘partikel’ dan jodoushi ‘verba bantu’
(Sudjianto dan Dahidi, 2004:148-149).
2.2.2
Jodoushi
Jodoushi diterjemahkan menjadi verba bantu dengan kanji yang membentuk
jodoushi yaitu jo pada jodoushi dapat dibaca tasukeru yang memilki arti bantu,
membantu atau menolong. Sedangkan doushi pada jodoushi memiliki arti verba atau
kata kerja (Sudjianto, 2007:118-119). Menurut Yasuo dalam Sudjianto (1985:193)
jodoushi adalah salah satu kelas kata yang bersama-sama dengan partikel termasuk
pada kelompok fuzokugo. Penggunaan jodoushi dapat mengalami perubahan dan
dipakai setelah nomina, verba, adjektiva-i, adjektiva-na, dan sebagainya.
2.2.2.1 Jenis jodoushi
Jodoushi menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113-133) digolongkan menjadi tujuh
belas jenis yaitu:
1. Ukemi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu reru dan rareru.
2. Sieki wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi seru dan saseru.
3. Kibou/yokkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu
tai/tagaru, hoshii/hoshigaru, dan ~te moraitai/~te hoshii.
14
4. Kanou wo arawasu ii kata terbagi menjadi tiga yaitu (reru)/rareru kanou
doushi, koto ga dekiru, dan uru/eru.
5. Youtai wo arawasu ii kata yaitu souda.
6. Hikyou wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu youda, mitaida,
dan gotoki/gotoku
7. Handan no hitsuzen teki na kiketsu wo arawasu ii kata yang terbagi
menjadi empat yaitu nakerebanaranai/nakerebaikenai, zaru wo enai,
wake ni wa ikanai, dan beki da.
8. Dantei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi delapan di antaranya yaitu
da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni hokanaranai,
dan ~ni suginai.
9. Kako/kanryou oyobi wo jitsugen kakutei no jitai wo arawasu ii kata yaitu
ta.
10. Futei wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu nai dan nu (n)/zu.
11. Ishi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu u/you, mai, dan
tsumori da.
12. Denbun wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu souda, to iu
koto da/to no koto da, dan ndatte.
13. Suiryou/suitei/Suisoku nado wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tujuh
yaitu darou, u/you, mai, kamoshirenai, rashii, youda, dan mitaida.
14. Kanyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu u/you dan ~nai
ka/~masenka.
15
15. Kankoku wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga yaitu houga ii, ~tara
douka, dan koto da.
16. Kyouka/kyoyou oyobi kinshi wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi tiga
yaitu ~te (mo) ii/~te (mo) kamawanai, ~te wa ikenai/~te wa naranai, dan
bekarazu.
17. Irai/youkyuu wo arawasu ii kata yang terbagi menjadi dua yaitu ~te kure
~te kurenaika ~te moraenaika, dan ~se (sase) te kure ~se (sase) te
kurenaika ~se (sase) te moraenaika ~se (sase) te morau.
Pada penelitian ini difokuskan pada jodoushi atau verba bantu yang termasuk jenis
dantei pada point ke delapan.
2.2.2.2 Jodoushi Dantei
Menurut Sakata dan Kuromachi (1993:113), jodoushi dantei digunakan ketika
menyatakan simpulan, kepastian atau ketetapan akan suatu pernyataan. Jodoushi dantei
dibagi atas jodoushi dantei da, no da, wake da, mono da, ~ni chigainai, hazu da, ~ni
hokanaranai, dan ~ni suginai. Berikut penjelasan dari ke delapan jodoushi dantei,
sebagai berikut:
1. Jodoushi Dantei Da
Sakata dan Kuromachi, 1993:113-114 menyatakan bahwa:
一般に文表現に用いられる場合は、叙述した事柄についての肯定的な
断定判断を表す。
Ippan-ni bun hyougen ni mochiirareru baai wa, jojutsu shita kotogara ni tsuite
no koutei-tekina dantei handan wo arawasu.
16
‘Pada umumnya, situasi yang digunakan pada ungkapan kalimat menjelaskan
anggapan simpulan positif suatu pengutaraan.’
Contohnya :
4) これ
Kore
Ini
は
wa
TOP
私
の
watashi no
saya
GEN
本
hon
buku
だ。
da.
JD
‘Ini adalah buku saya.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei da menyatakan suatu anggapan
simpulan positif mengenai suatu pengutaraan. Selain itu, jodoushi dantei da merupakan
jenis verba mengenai ketetapan dan kepastian, sehingga salah satu makna yang timbul
yaitu makna mengenai ketetapan atau kepastian akan suatu hal.
2. Jodoushi Dantei No Da
Sakata dan Kuromachi (1993:118), menyatakan bahwa:
表現形式によって異なり、統一的な解釈を与える。場面や文脈により、
自分自身に対しては納得であったり、相手に対しては説明・説得であ
ったりし、場合によっては勧告・命令の意を帯びたりなどする。
Hyougen keishiki ni yotte kotonari, touitsu-tekina kaishaku wo ataeru. Bamen
ya bunmyaku ni yori, jibun jishin ni taishite wa nattoku deattari, aite ni taishite
wa setsumei settoku deattari shi, baai ni yotte wa kankoku/meirei no i wo obitari
nado suru.
‘Memberikan penafsiran seragam, berbeda menurut bentuk pengungkapannya.
Berdasarkan keadaan, terdapat maksud perintah dan nasihat. Berdasarkan
konteks dan suasananya, adanya persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara
dan adanya persetujuan diri sendiri.’
Makino dan Tsutsui (1989:325), juga menambahkan bahwa:
A sentence ending which indicates that the speaker is explaining or asking for
an explanation about some information shared with the hearer, or is talking
about something emotively, as if it were of common interest to the speaker and
the hearer.
17
‘Akhir kalimat yang menunjukkan bahwa pembicara menjelaskan atau meminta
penjelasan tentang informasi bersama dengan pendengar, atau berbicara tentang
suatu emosional, seolah-olah itu kepentingan umum untuk pembicara dan
pendengar.’
Contohnya :
5) 窓
Mado
Jendela
が
開いている から
ga
aite iru
kara
NOM membuka karena
寒い
samui
dingin
のだ。
no da.
JD
‘Dingin karena membuka jendela.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei no da memiliki makna
memberikan penafsiran seragam, berbeda dari bentuk pengungkapannya, memberikan
simpulan berdasarkan keadaan yang menyatakan maksud perintah, nasihat, adanya
persuasi atau penjelasan terhadap lawan bicara dan persetujuan diri sendiri. Selain itu,
jodoushi dantei no da juga memiliki makna menjelaskan atau meminta informasi
seolah-olah untuk kepentingan umum.
3. Jodoushi Dantei Wake Da
Sakata dan Kuromachi (1993:123), menyatakan bahwa:
文的な要素を受ける「わけだ」は事の成り行きやものの道理などから
必然的にそのような結論に達するという判断を表すのに用いる。した
がって、そのような結論に至る理由付けたや推論の過程がともに述べ
られることが多い。
Bun-tekina youso wo ukeru ‘wake da’ wa koto no nariyuki ya mono no douri
nado kara hitsuzen-teki ni sono youna ketsuron ni tassuru to iu handan wo
arawasu no ni mochiiru. Shitagatte, sono youna ketsuron ni itaru riyuu tsuketa
ya suiron no katei ga tomoni noberareru koto ga ooi.
‘Unsur kalimat wake da digunakan untuk menjelaskan anggapan atau simpulan
yang wajar karena kebenaran dan keadaan suatu hal. Oleh sebab itu, secara
bersamaan banyak mengungkapkan proses dugaan dan pemberian alasan
hingga sampai pada simpulan yang seperti itu.’
18
Makino dan Tsutsui (1989:531), juga menambahkan bahwa:
The speaker’s conclusion obtained through deductive, logical judgment or
calculation on the basis of what he has heard or read.
‘Simpulan pembicara diperoleh melalui deduktif, penilaian logis atau
perhitungan atas dasar apa yang telah didengar atau dibaca.’
Contohnya:
6) 時差
Jisa
Perbedaan waktu
が
ga
NOM
4時間
あるから、現地
yon-jikan arukara,
genchi
4 jam
karena
waktu setempat
の
8時
no
hachi-ji
GEN jam 8
は
wa
TOP
日本
で
Nihon de
Jepang di
正午
shougo
tengah hari
に
なる
ni
naru
DAT menjadi
は
wa
TOP
ちょうど
choudo
persis
わけだ。
wake da
JD
‘Jam 8 di waktu setempat, karena perbedaan waktu 4 jam, tak heran di
Jepang menjadi siang hari.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei wake da dalam penelitian ini
memiliki makna menjelaskan simpulan secara logis dengan mengungkapkan dugaan
dan alasan.
4. Jodoushi Dantei Mono Da
Sakata dan Kuromachi (1993:125-126), menyatakan bahwa:
「ものだ」は、何らかの事柄をきっかけとして、あることに思い至っ
たり、ある意識が心中にわいたりしたという話し手の気持を表すのに
用いられる。また、意外な事実に接して感じる驚きや、心を動かされ
るようなできごとに接して発する詠嘆、過去を振り返っての壊旧の情
など、種々の心情のこめられる用法がある。
‘Mono da’ wa, nanraka no kotogara wo kikkake to shite, aru koto ni omoi
itattari, aru ishiki ga shinjyuu ni waitari shita to iu hanashite no kimochi wo
arawasu no ni mochiirareru. Mata, igai na jijitsu ni sesshite kanjiru odoroki ya,
19
kokoro wo ugokasareru youna dekigoto ni sesshite hassuru eitan, kako wo
furikaette no kaikyuu no jyou nado, shuju no shinjyou no komerareru youhou
ga aru.
‘Mono da digunakan untuk menjelaskan perasaan pembicara yang timbul pada
isi hati, sampai berpikir pada suatu hal sebagai pemicunya hal tersebut. Pada
pemakaiannya juga dimasukkan bermacam-macam perasaan hati seperti
nostalgia dengan melihat kembali ke masa lampau, mengeluarkan suara kagum
dengan menerima peristiwa yang menyentuh perasaan, merasa terkejut dengan
menerima fakta yang diluar dugaan, dan lain-lain.’
Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:
When mono indicates a reason or an excuse it is used only in very informal
speech.
‘Ketika mono menunjukkan alasan atau alasan itu hanya digunakan dalam
sambutan yang sangat informal.’
Contohnya :
7) たま
Tama
Sesekali
こと
koto
hal
に
ni
DAT
は
wa
TOP
年寄り
toshiyori
orang tua
の
言う
no
iu
GEN mengatakan
を
開く
ものだ。
wo
kiku
mono da.
AKU mendengar JD
‘Sesekali harus mendengar hal yang dikatakan orang tua.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei mono da memiliki makna
menjelaskan suatu perasaan yang timbul pada isi hati hingga berpikir pada pemicu dari
suatu hal yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai perasaan hati seperti
nostalgia, perasaan yang menyentuh perasaan, perasaan terkejut, dan lain-lain. Selain
itu jodoushi dantei mono da juga memiliki makna menunjukkan suatu alasan yang
digunakan dalam bentuk informal. Oleh karena itu, makna jodoushi dantei mono da
dalam penelitian ini adalah menjelaskan perasaan hati yang di dalamnya terdapat
20
perasaan nostalgia, peristiwa yang menyentuh perasaan dan perasaan terkejut dalam
konteks informal.
5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai
Sakata dan Kuromachi (1993:127), menyatakan bahwa:
「~にちがいない」は、必ずしも客観的な論拠は得ていなくても、あ
ることを事実だと判断し、それを確言する意を表すのに用いられる。
‘~Ni chigainai’ wa, kanarazushimo kakkantekina ronkyo wa ete inakute mo,
aru koto wo jijitsu da to handan shi, sore wo kakugen suru i wo arawasu no ni
mochiirareru.
‘Pola ~ni chigainai meskipun tidak selalu memperoleh suatu dasar argumen
secara objektif, namun digunakan untuk menjelaskan maksud secara yakin dan
anggapan mengenai suatu kenyataan.’
Makino dan Tsutsui (1989: 257&260), juga menambahkan bahwa:
The speaker is convinced that there is no mistake on his part in guessing
something.
‘Pembicara yakin bahwa tidak ada kesalahan dalam menebak sesuatu.’
Contohnya:
8) あの
件
について
は、 彼女
Ano
ken
ni tsuite
wa,
kanojyo
Itu
peristiwa
mengenai
TOP dia
うそをついている
にちがいない。
uso wo tsuite iru
ni chigainai.
melakukan kebohongan
JD
が
ga
NOM
‘Tidak diragukan lagi mengenai peristiwa itu, dia berbohong.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni chigainai memiliki makna
menyatakan suatu dasar argumen yang diperoleh secara objektif/umum. Selain itu,
jodoushi dantei ~ni chigainai dapat digunakan ketika menjelaskan simpulan secara
yakin mengenai suatu kenyataan.
21
6. Jodoushi Dantei Hazu Da
Sakata dan Kuromachi (1993:129), menyatakan bahwa:
「はずだ」は、何らかの根拠に基づいて、あることの実現が当然のこ
ととしてとらえられる事態だ、あるいは、ある事柄がどんな点から見
ても事実だと推論した結果を表すのに用いられる。
‘Hazu da’ wa, nanraka no konkyo ni motozuite, aru koto no jitsugen ga touzen
no koto to shite toraerareru jitai da, aruiwa, aru kotogara ga donna ten kara
mite mo jijitsu da to suiron shita kekka wo arawasu no ni mochiirareru.
‘Hazu da digunakan untuk menunjukkan hasil dari fakta dugaan yang dilihat
dari bagaimana titik suatu hal atau kondisi yang ditangkap sebagai hal
sewajarnya berdasarkan suatu alasan.’
Makino dan Tsutsui (1989: 133), juga menambahkan bahwa:
A dependent noun which expresses the speaker’s expectation that something
will take place or took place or that someone or something is or was in some
state.
‘Kata benda yang menyatakan harapan pembicara bahwa sesuatu akan terjadi
atau berlangsung atau bahwa seseorang atau sesuatu berada di beberapa
situasi/keadaan.’
Contohnya:
9) この
Kono
Ini
わかる
wakaru
mengerti
程度 の
こと
teido no
koto
taraf GEN hal
はずだ。
hazu da.
JD
は、
wa,
TOP
子供
kodomo
anak-anak
に
だって
ni
datte
DAT juga
‘Mengenai taraf ini, anak-anak juga seharusnya mengerti.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei hazu da memiliki makna
menunjukkan hasil dari fakta dugaan berdasarkan suatu alasan dan makna menyatakan
harapan pembicara bahwa akan terjadi atau berlangsungnya sesuatu.
22
7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai
Sakata dan Kuromachi (1993:132), menyatakan bahwa:
「~にほかならない」は原因や理由が何であるか、あるいは、それか
ら必然的にどんな結論が導き出されるかなどについての判断を表す。
‘~Ni hokanaranai’ wa genin ya riyuu ga nan dearu ka, aruiwa, sorekara
hitsuzen-teki ni donna ketsuron ga michibiki dasareru ka nado ni tsuite no
handan wo arawasu.
‘Pola ~ni hokanaranai digunakan ketika menjelaskan anggapan mengenai asal
simpulan yang bagaimana atau apa, sehingga menjadi sebab dan alasan.’
Makino dan Tsutsui (1995:245), juga menambahkan bahwa:
A phrase that is used to indicate that an action / state mentioned in the topic
phrase or clause is nothing but something.
‘Sebuah frase yang digunakan untuk menunjukkan bahwa sebuah aksi/
situasi/keadaan yang disebutkan dalam kalimat topik atau klausa hanyalah
sesuatu.’
Contohnya:
10) 彼
Kare
Dia
の
no
GEN
の
no
GEN
努力
doryoku
usaha
今日
の
成功
は
kyou
no
seikou
wa
hari ini GEN keberhasilan TOP
の
たまもの
no
tama mono
GEN hasil
長年
naganen
banyak tahun
にほかならない。
ni hokanaranai.
JD
‘Keberhasilan dia hari ini hanya menjadi hasil usahanya dalam banyak
tahun.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni hokanaranai memiliki makna
menjelaskan simpulan sehingga menjadi sebab dan alasan. Selain itu, penggunaannya
juga dapat menunjukkan sebuah tindakan/keadaan yang disebutkan dalam topik tidak
lain hanyalah sesuatu.
23
8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai
Sakata dan Kuromachi (1993:133), menyatakan bahwa:
「~にすぎない」は、「その程度・範囲を出ない」と言う意で、「特
に問題にするほどのことはない」とか「たいしたことはない」「決し
て十分な、また、満足できるものではない」などという気持をこめて、
事態をそうとらえるという判断を表す。
‘~Ni suginai’ wa, ‘sono teido hani wo denai’ to iu i de, ‘tokuni mondai ni suru
hodo no koto wa nai’ toka ‘taishita koto wa nai’, ‘kesshite jyuubun na, mata,
manzoku dekiru mono dewanai’ nado to iu kimochi wo komete, jitai wo sou
toraeru to iu handan wo arawasu.
‘Pola ~ni suginai digunakan ketika menunjukkan simpulan yang ditangkap dari
suatu anggapan, dengan memasukkan perasaan seperti ‘tidak pernah cukup
selanjutnya tidak dapat puas hati’, ‘tidak seberapa’, ‘khususnya tidak cukup
untuk masalah’ dengan maksud yang dikatakan ‘tidak keluar dari ruang lingkup
atau tingkatan itu.’
Makino dan Tsutsui (1995:271), juga menambahkan bahwa:
Something or someone is nothing more than what is stated in terms of amount,
degree, status, significance, etc.
‘Sesuatu atau seseorang tidak lebih dari apa yang dinyatakan dalam hal jumlah,
derajat, status, signifikansi, dan lain-lain.’
Contohnya:
11) 近い
Chikai
Dekat
の
no
GEN
うちに
uchi ni
dalam waktu
は
単なる
wa
tannaru
TOP belaka
大地震
oojishin
gempa bumi
推測
suisoku
dugaan
が
起きる
という
ga
okiru
to iu
NOM terjadi
dikatakan
にすぎない。
ni suginai.
JD
‘Tidak lebih dari dugaan belaka bahwa gempa bumi yang besar akan
terjadi dalam waktu dekat.’
Berdasarkan konsep tersebut, jodoushi dantei ~ni suginai memiliki makna
menyatakan simpulan yang tidak keluar dari ruang lingkup atau tingkatan dan
menyatakan sesuatu/seseorang tidak lebih dari jumlah, derajat, dan status.
24
2.2.2.3 Konstruksi Jodoushi Dantei
Dalam segi kategori sintaksis atau yang disebut dengan kelas kata, hubungan
gramatikal antar-kata dalam kalimat terdapat nomina, verba, adjektiva, adverbial,
adposisi, dan lain sebagainya (Verhaar, 2012:170). Selain itu, dalam membentuk
sebuah kalimat terdapat juga pembentukkan atau konstruksi di dalamnya. Konstruksi
menurut Makino dan Tsutsui (1989), menyatakan bahwa:
1. Jodoushi Dantei Da
Makino dan Tsutsui (1989:18) menyatakan pembentukan dari verba bantu da
yaitu:
a. X wa Y + da
Contoh:
12) 田中さん
Tanaka-san
Saudara Tanaka
は
wa
TOP
学生
gakusei
mahasiswa
だ・です。
da/desu.
JD
‘Tanaka adalah seorang mahasiswa.’
b. Subjek + adjektiva (i/na) bentuk biasa + da
Contoh:
13) 山川さん
Yamakawa-san
Saudara Yamakawa
‘Saudara Yamakawa sehat.’
c. X wa Y ga~ + da
は
wa
TOP
元気
genki
sehat
だ。
da.
JD
25
Contoh:
14) 本田さん
Honda-san
Saudara Honda
は
wa
TOP
テニス
tenisu
tenis
が
上手
ga
jyouzu
NOM pandai
だ。
da.
JD
‘Saudara Honda pandai bermain tenis.’
Dalam hal ini, X berarti pernyataan/argumen pertama yang diakhiri dengan kategori
nomina dan Y berarti pernyataan/argumen kedua yang diakhiri dengan kategori
nomina.
2. Jodoushi Dantei No Da
Makino dan Tsutsui (1989:325-326) menyatakan pembentukan dari verba bantu
no da yaitu:
a. Verba bentuk biasa + no da
Contoh:
15) 日本語
Nihon go
Bahasa Jepang
を
勉強している
wo
benkyoushite iru
AKU belajar
のだ。
no da.
JD
‘Kenyataannya (saya) sedang belajar bahasa Jepang.’
b. Adjektiva (i) bentuk biasa + no da
Contoh:
16) あの
Ano
Itu
ビール
biiru
bangunan
は
wa
TOP
高かった
takakatta
tinggi
‘Kenyataannya bangunan itu tinggi.’
c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + no da
のだ。
no da.
JD
26
Contoh:
17) 私
Watashi
Saya
は
wa
TOP
まだ
mada
masih
十七な
juushichi na
17 tahun
のです。
no desu.
JD
‘Alasannya saya masih berusia 17 tahun.’
3. Jodoushi Dantei ~Wake Da
Makino dan Tsutsui (1989:532) menyatakan pembentukan dari verba bantu
~wake da yaitu:
a. Verba bentuk biasa + wake da
Contoh:
18) A: 毎日
Mainichi
Setiap hari
三時間
san-jikan
tiga jam
勉強している
benkyou shite iru
belajar
も
mo
juga
日本語
を
nihongo
wo
bahasa Jepang AKU
ん
ですか。
n
desu ka.
NOM KOP
‘Apakah (anda) juga telah belajar bahasa Jepang tiga jam setiap
hari ?’
B: よく
出来る
Yoku
dekiru
Dengan baik bisa
わけです
wake desu
JD
ね。
ne.
SHU
‘Tak heran (anda) bisa dengan baik ya.’
b. Adjektiva (i) + wake da
Contoh:
19) 昨日
Kinou
Kemarin
は
wa
TOP
三時間
san-jikan
tiga jam
しか
shika
hanya
寝ていない。
nete inai.
tidur
27
道理
douri
alasan
で
de
KOP
眠い
nemui
mengantuk
わけだ。
wake da.
JD
‘Kemarin tidur hanya tiga jam. Tidak heran alasannya saya
mengantuk.’
c. Adjektiva (na) stem nomina na/datta + wake da
Contoh:
20) スミスさん
Sumisu-san
Saudara Smith
を
した
wo
shita
AKU melakukan
は
wa
TOP
十年間
も
jyuu nenkan mo
sepuluh tahun PAR
の
no
NOM
だから
dakara
karena
テニス
tenisu
tenis
上手な
jyouzu-na
pandai
わけだ。
wake da.
JD
‘Karena saudara Smith telah bermain tenis selama sepuluh tahun,
tidak heran (dia) pandai.’
d. Nomina {to iu/datta} + wake da
Contoh:
21) A : 山田さん
は
Yamada-san
wa
Saudara Yamada TOP
こと
koto
hal
は
wa
TOP
英語
eigo
bahasa Inggris
なんでも
nande mo
segala sesuatu
の
no
GEN
しっています。
shitte imasu.
mengetahui
‘Saudara Yamada tahu segala sesuatu tentang bahasa Inggris.’
B : 生き字引
Ikijibiki
Kamus hidup
という
to iu
dikatakan
わけですか。
wake desu ka.
JD
‘Sehingga itu berarti (ia) dikatakan kamus hidup?’
28
4. Jodoushi Dantei Mono Da
Makino dan Tsutsui (1989:258-259) menyatakan pembentukan dari verba bantu
mono da yaitu:
a. Verba bentuk biasa + mono da
Contoh:
22) 昔
Mukashi
Dahulu
は
wa
TOP
よく 映画
yoku eiga
sering film
を
見た
wo
mita
AKU menonton
ものだ。
mono da.
JD
‘Karena dahulu sering menonton film.’
b. Verba bentuk masu tai + mono da
Contoh:
23) こんな
いい うち に
Konna
ii
uchi ni
Seperti ini bagus rumah di
一度
ichido
sekali lagi
住んで見たい
sunde mitai
ingin tinggal
ものだ。
mono da.
JD
‘Bagaimana mungkin ingin tinggal sekali lagi di rumah bagus seperti
ini.’
c. Adjektiva (i/ na) bentuk biasa + mono (da)
Contoh:
24) A : どうして
Doushite
行かない
ikanai
の?
no ?
‘Mengapa tidak datang ?’
B : だって、
Datte,
KOP
忙しい
isogashii
sibuk
もの。
mono.
JD
29
‘Karena saya sibuk.’
5. Jodoushi Dantei ~Ni Chigainai
Makino dan Tsutsui (1989:305) menyatakan pembentukan dari verba bantu ~ni
chigainai yaitu:
a. Verba bentuk biasa + ni chigainai
Contoh:
25) 二人
Futari
Kedua orang
楽しく
tanoshiku
menikmati
は
wa
TOP
今頃
imagoro
sekarang
泳いでいる
oyoide iru
berenang
ハワイ
Hawai
Hawaii
で
de
LOK
にちがいない。
ni chigainai.
JD
‘Tidak diragukan lagi kedua orang itu sekarang sedang menikmati
berenang di Hawaii.’
b. Adjektiva (i) bentuk biasa + ni chigainai
Contoh:
26) 山口さん
Yamaguchi-san
Saudara Yamaguchi
は
wa
TOP
頭がいい
atama ga ii
pintar
にちがいない
ni chigainai.
JD
‘Tidak ada keraguan bahwa saudara Yamaguchi pintar.’
c. Adjektiva (na) stem nomina { ᴓ /datta} + ni chigainai
Contoh:
27) 一人
Hitori
Sendiri
で
de
KOP
外国
gaikoku
luar negeri
へ
e
ke
行く
iku
pergi
の
no
NOM
30
は
大変
wa
taihen
TOP sulit
にちがいない。
ni chigainai.
JD
‘Tidak diragukan lagi pergi ke luar negeri sendiri menyulitkan.’
d. Nomina + ni chigainai
Contoh:
28) あれ
Are
Itu
は
wa
TOP
トンプソンさん
Tonpuson-san
Saudara Thompson
にちがいない。
ni chigainai.
JD
‘Tidak diragukan lagi itu pasti Saudara Thompson.’
6. Jodoushi Dantei Hazu Da
Makino dan Tsutsui (1989:133-134) menyatakan pembentukan dari verba bantu
hazu da yaitu:
a. Verba bentuk biasa + hazu da
Contoh:
29) 大野先生
は
サンドロ
Oono sensei wa
Sandoro
Profesor Ono TOP Sandra
を
知っている はずだ。
wo
shitte iru
hazu da.
AKU tahu
JD
‘Profesor Ono seharusnya tahu Sandra.’
b. Adjektiva (i) bentuk biasa + hazu da
Contoh:
30) あの
Ano
Itu
本
hon
buku
は
wa
TOP
高かった
takakatta
mahal
‘Buku itu seharusnya mahal.’
c. Adjektiva (na) stem na/datta + hazu da
はずだ。
hazu da.
JD
31
Contoh:
31) その
Sono
Itu
アパート
apaato
apartemen
は
wa
TOP
きれいな
kirei na
bersih
はずだ。
hazu da.
JD
‘Apartemen itu seharusnya bersih.’
d. Nomina no/datta + hazu da
Contoh:
32) カールソンさん
Kaaruson san
Saudara Carlson
は
wa
TOP
昔
先生 だった はずだ。
mukashi sensei datta
hazu da.
dulu
guru KOP
JD
‘Saudara Carlson seharusnya dulu adalah guru.’
7. Jodoushi Dantei ~Ni Hokanaranai
Makino dan Tsutsui (1995:246-247) menyatakan pembentukkan dari verba
bantu ~ni hokanaranai yaitu:
a. (Nomina wa) nomina + ni hokanaranai
Contoh:
33) (彼
の
(Kare no
Dia
GEN
話
は) 冗談
にほかならない。
hanashi
wa) jyoudan ni hokanaranai.
pembicaraan TOP bergurau JD
‘Pembicaraan dia hanya menjadi gurauan.’
b. ~no wa~ kara + ni hokanaranai
Contoh:
34) 働く
Hataraku
Bekerja
の
は
no
wa
NOM TOP
お金
okane
uang
が
ga
NOM
欲しい
hoshii
ingin
32
から
kara
NOM
にほかならない。
ni hokanaranai.
JD
‘Alasan bekerja tidak lain karena ingin uang.’
c. ~wa~koto + ni hokanaranai
Contoh:
35) 読書
Dokusho
Membaca
こと
koto
NOM
は
wa
TOP
著者
chosha
penulis
と
to
dengan
対話する
taiwa suru
dialog
にほかならない。
ni hokanaranai.
JD
‘Membaca tidak lain adalah sebuah dialog dengan penulis.’
8. Jodoushi Dantei ~Ni Suginai
Makino dan Tsutsui (1995:272) menyatakan pembentukkan dari verba bantu ~
ni suginai yaitu:
a. Nomina + ni suginai
Contoh:
36) 彼
は 私
の
ボーイフレンド
Kare wa watashi no
bouifurendo
Dia
TOP saya
GEN pacar
一人
hitori
seorang
にすぎない。
ni suginai.
JD
‘Dia tidak lebih dari seorang pacar saya.’
b. Number/counter + ni suginai
の
no
GEN
33
Contoh:
37) これ
Kore
Ini
の
no
GEN
は 数
ある
wa suu
aru
TOP jumlah ada
一例
ichirei
sebuah contoh
中
naka
dalam
の
ほん
no
hon
GEN buku
にすぎない。
ni suginai.
JD
‘Ini tidak lebih dari sebuah contoh diantara banyak jumlah yang ada
dalam buku.’
c. Verba bentuk biasa (dake) + ni suginai
Contoh:
38) 彼
Kare
Dia
は (ただ) 人
の
意見
wa (tada) hito
no
iken
TOP hanya orang GEN pendapat
受け売りしている
ukeuri shite iru
membeo
(だけ)
(dake)
hanya
を
wo
AKU
にすぎな い。
ni suginai.
JD
‘Dia tidak lebih hanya membeo pada pendapat orang.’
Berdasarkan pemaparan dari konsep Makino&Tsutsui (1989&1995) dan
Sakata&Kuromachi (1993), terdapat kesamaan dalam menjelaskan simpulan, baik
simpulan secara objektif maupun simpulan secara subjektif. Sedangkan, pada konsep
Makino&Tsutsui (1989&1995), selain menjelaskan makna simpulan, jodoushi dantei
juga
memiliki
makna
mengenai
ketetapan
atau
kepastian.
Pada
konsep
Sakata&Kuromachi (1993), tidak dijelaskan tambahan makna selain makna simpulan.
34
2.3
Kerangka Teori
Adapun teori-teori yang digunakan dalam menganalisis jodoushi dantei yang
terdapat dalam novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutarou Shiba volume 1-10 yaitu:
2.3.1
Sintaksis
Teori sintaksis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis fungsi
berupa konstruksi jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya
Ryoutarou Shiba. Verhaar (2012:161-163) menyatakan bahwa ruang lingkup cabang
ilmu sintaksis adalah hubungan gramatikal antar-kata dalam sebuah kalimat. Dalam
menganalisis klausa secara sintaksis ada tiga cara yaitu yang pertama adalah
menganalisis fungsi-fungsinya. Fungsi tersebut adalah subjek, predikat objek yang ada
dalam sebuah kalimat. Kedua adalah menganalisis peran-perannya. Peran tersebut
adalah peran penerima ‘pengalam’, yang menerima dan lain sebagainya. Ketiga adalah
menganalisis kategori-kategorinya. Kategorinya adalah nomina, verba, prenomina,
preposisi, dan lain sebagainya. Berdasarkan pada pemaparan tersebut, dapat dipahami
bahwa jodoushi atau verba bantu termasuk pada kategori gramatikal. Oleh karena hal
tersebut, pada penelitian ini menggunakan teori sintaksis karena kategori gramatikal
termasuk dalam kajian sintaksis. Teori sintaksis pada penelitian ini mengacu pada
pendapat yang dikemukakan oleh Makino dan Tsutsui (1989&1995) mengenai
konstruksi jodoushi dantei.
35
2.3.2
Semantik
Teori semantik yang digunakan dalam penelitian ini untuk membahas makna
jodoushi dantei dalam novel Tobu ga Gotoku volume 1-10 karya Ryoutarou Shiba.
Chaer (2007:284-285) menyatakan bahwa status tataran semantik dengan tataran
fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa
dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh klausa, satuan klausa dibangun
oleh frase, satuan frase dibangun oleh kata, satuan kata dibangun oleh morfem, satuan
morfem dibangun oleh fonem, dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi.
Semantik dengan objeknya makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang
bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan
sintaksis. Chaer (2007:289-296) membagi makna tersebut dalam 13 jenis yaitu makna
leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna nonreferensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif,
makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa. Dalam penelitian ini,
menggunakan makna kontekstual dari teori semantik Chaer (2007) yang mengacu pada
konsep yang dikemukakan oleh Sakata&Kuromachi (1993) dan Makino&Tsutsui
(1989&1995).
Chaer (2007, 288&290) yang menyatakan bahwa makna kontekstual adalah
makna sebuah leksem atau kata-kata yang berada di dalam satu konteks. Kita baru
dapat menentukkan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks
kalimatnya.
36
Contoh:
39) Adik jatuh dari sepeda
40) Dia jatuh dalam ujian yang lalu
41) Dia jatuh cinta pada adikku
42) Kalau harganya jatuh lagi kita akan bangkrut
Pada contoh kalimat tersebut, terdapat beberapa contoh yang menggunakan
kata jatuh dengan makna yang berbeda-beda. Dengan adanya pendapat yang telah
dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap ujaran atau kata-kata akan
memiliki makna yang berbeda-beda sesuai dengan waktu, tempat dan lingkungan dari
penggunaan kata tersebut.